PGN Berperan Penting dalam Ketahanan Energi Nasional di Masa Transisi Energi
Jakarta, NTT – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebutkan PT PGN Tbk dan infrastruktur gas bumi memiliki peran penting untuk memperkuat ketahanan energi nasional pada masa transisi energi.
Head of Oil and Gas Commercialization Division SKK Migas Rayendra Siddik, dalam keterangannya di Jakarta, Minggu, mengatakan agar perkembangan pasar gas bumi semakin meningkat untuk mengamankan Indonesia dari volatilitas energi, diperlukan dukungan PGN untuk memperluas pasar agar gas terserap lebih banyak. “Setelah infrastruktur gas bumi tersedia, PGN bisa membawa gas bumi dari Jawa Timur ke Jawa Barat yang sangat membutuhkan gas,” ujarnya dalam sesi Energy & Economic Outlook Gasfest 2024.
Pentingnya Pengembangan Infrastruktur Gas
Direktur Logistik & Infrastruktur Pertamina Alfian Nasution berharap PGN sebagai Subholding Gas Pertamina dapat meningkatkan kontribusi melalui pengembangan jaringan gas (jargas) rumah tangga untuk mengurangi impor LPG serta kerja sama dengan subholding lain untuk ketahanan energi. “Cara mengurangi impor LPG adalah dengan menambah penggunaan gas bumi dalam energi, termasuk rumah tangga dan industri. Dukungan pemerintah kami harapkan untuk membangun jargas lebih banyak,” imbuh Komisaris Utama PGN Amien Sunaryadi.
Peran gas juga menjadi tantangan bagi Pertamina pada masa transisi sekaligus mengisi strategi low carbon Pertamina. Beberapa pembangkit di refinery atau upstream dicanangkan akan menggunakan gas, sehingga PGN punya peran utama untuk ketersediaan gasnya.
Masa Depan Energi di Indonesia
“Energi fosil akan mencapai puncak pada 2030, diprediksikan energi terbarukan (NRE) seperti matahari, angin, dan biofuel akan memiliki 40-45 persen dari total kebutuhan energi. Meski demikian, kebutuhan gas tetap meningkat, sehingga menjadi potensi besar bagi PGN dalam menggarap transisi energi,” ujar Alfian.
Direktur Utama PGN Arief Setiawan Handoko mengatakan dukungan dari berbagai pihak menambah masukan yang berarti bagi PGN. “Kami berkomitmen untuk menyambungkan infrastruktur. Wilayah timur sama sekali tidak ada pipeline, sehingga harus ada model lain yakni beyond pipeline. PGN akan senantiasa menjalankan penyaluran gas dan menjaga reability,” jelas Arief.
PGN juga melihat dalam konteks infrastruktur gas bumi di Indonesia bagian timur, diperlukan skema logistik yang lebih, salah satunya dengan shipping untuk bisa mendukung transisi energi yang lebih berkelanjutan, apalagi kondisi geografi Indonesia sebagai negara kepulauan. Peluang pemanfaatan gas bumi pada masa transisi akan PGN ambil dengan integrasi infrastruktur eksisting agar semakin berkembang.
Arah Kebijakan Energi Nasional
Dengan integrasi akan dapat memenuhi kebutuhan di kota-kota baru, kawasan industri, transportasi melalui CNG, dan transportasi laut. Selain itu, PGN juga berencana memenuhi kebutuhan gas bumi di sektor pembangkit listrik, kilang milik Pertamina, dan anchor buyer lainnya.
Sementara itu, Mangesh Patankar, Vice President Gas and LNG Consulting Wood Mackenzie, mengungkapkan bahwa setiap negara memiliki skema tersendiri dalam mengamankan energinya. Aspek affordability energy suatu negara berperan penting sekaligus kritikal, karena aspek ini juga menentukan bagaimana setiap negara bergerak menuju target net zero emission. “Pada akhirnya, bagaimana energy mix dapat diseimbangkan dengan affordability energi yang sudah ada,” kata Mangesh.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan PGN dapat terus memainkan peran penting dalam mendukung ketahanan energi nasional dan mendorong transisi energi yang lebih berkelanjutan di Indonesia.